KOMPAS.com – Indonesia Timur menyimpan banyak permata tersembunyi, salah satunya adalah Pulau Flores yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Nama pulau ini pun kian harum, baik di kalangan wisatawan domestik maupun mancanegara.
Berdasarkan data Jumlah Tamu Hotel Mancanegara dan Domestik (Jiwa) yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTT, sepanjang 2023, total kunjungan wisatawan ke Flores mencapai 487.851 orang. Jumlah ini meningkat signifikan dari 376.449 orang pada 2022.
Peningkatan itu didorong oleh lonjakan wisatawan mancanegara yang mencapai 150.969 orang, naik lebih dari tiga kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat hanya 44.813 orang.
Tidak hanya menjadi daya tarik bagi wisatawan mancanegara, keindahan Flores juga tetap memikat pelancong domestik. Hal ini terlihat dari konsistensi kunjungan wisatawan domestik yang bertahan di angka lebih dari 330.000 orang dalam dua tahun terakhir.
Dengan keindahan alam yang mengesankan dan budaya yang menggugah, Flores menjadi destinasi yang menawarkan pengalaman wisata yang tak hanya memanjakan mata, tetapi juga memperkaya jiwa.
Berikut adalah tiga destinasi memukau yang wajib masuk dalam daftar perjalanan ketika Anda menyambangi Flores.
Danau Kelimutu di Kabupaten Ende adalah bukti nyata bahwa keajaiban alam Indonesia tak ada habisnya. Terletak di ketinggian 1.690 meter di atas permukaan laut (mdpl) di dalam kawasan Taman Nasional Kelimutu, danau ini menawarkan pemandangan tiga danau kawah dengan warna berbeda.
Ketiga danau kawah itu adalah Tiwu Ata Polo (Danau Terkutuk) yang berwarna coklat kemerahan, Tiwu Ata Mbupu (Danau Orang Tua) yang berwarna biru dan menjadi kawah tertua, Tiwu Nuwa Muri Koo Fai (Danau Pemuda-Pemudi) yang berwarna hijau dan menjadi kawah paling terakhir terbentuk.
Keunikan dari Danau Kelimutu adalah warna air dari masing-masing danau kawah yang bisa berubah beberapa kali dalam setahun. Diberitakan Kompas.com, Minggu (16/6/2024), perubahan terbaru teramati pada Mei 2024, ketika Tiwu Ata Polo berubah dari hijau kebiruan menjadi hijau, hijau tua, hingga cokelat kehitaman dalam rentang waktu kurang dari dua minggu.
Para ahli menjelaskan fenomena tersebut terjadi akibat beberapa faktor, seperti curah hujan yang tinggi, perubahan komposisi air danau akibat pelarutan batuan, hingga aktivitas vulkanik yang memengaruhi suhu dan konveksi gas dari bawah permukaan.
Di balik keindahannya, masing-masing kawah Danau Kelimutu memiliki makna mendalam. Menurut legenda setempat yang diwariskan secara turun-temurun, dahulu kala hidup dua penyihir dengan sifat yang berlawanan. Mereka adalah Ata Bupu yang baik hati dan Ata Polo yang jahat.
Ata Bupu melindungi dua anak yatim piatu dari ancaman Ata Polo yang berusaha memangsa mereka. Perseteruan antara kedua penyihir ini berlangsung sengit hingga berakhir tragis.
Mereka semua akhirnya tertelan ke dalam bumi. Peristiwa ini yang diyakini menciptakan tiga danau dengan warna berbeda. Warna biru berasal dari tempat Ata Bupu, merah dari Ata Polo, dan hijau dari dua anak yatim piatu tersebut yang kemudian dikenal sebagai Koo Fai dan Nuwa Muri.
Untuk menyaksikan keajaiban alam itu, pengunjung harus menempuh perjalanan dari Kota Ende atau Moni. Trek menuju puncak relatif mudah dilalui dengan tangga yang tertata rapi.
Aktivitas paling populer di Danau Kelimutu adalah mendaki saat dini hari untuk menyaksikan matahari terbit di atas ketiga danau. Setelah puas menikmati pemandangan, pengunjung bisa menggelar piknik di area camping ground atau menjelajahi jalur trekking di sekitar danau untuk mengabadikan foto dari berbagai sudut.
Tersembunyi di ketinggian 1.200 mdpl, Wae Rebo bukan sekadar desa wisata biasa. Desa yang dinobatkan sebagai salah satu desa kecil terindah di dunia versi TimeOut pada Maret 2024 ini menawarkan pengalaman budaya yang autentik.
Tujuh rumah adat berbentuk kerucut yang disebut Mbaru Niang berdiri kokoh di tengah desa, dikelilingi perbukitan hijau dan kabut tipis yang memberikan nuansa mistis.
Keunikan Mbaru Niang tidak hanya terletak pada struktur bertingkat limanya, tetapi juga filosofi di baliknya. Bentuk kerucut melambangkan perlindungan dan persatuan antarwarga, sedangkan lantainya yang melingkar menyimbolkan keharmonisan dan keadilan.
Tujuh rumah itu mencerminkan penghormatan kepada "para pelindung" yang disimbolkan oleh tujuh puncak gunung di sekeliling desa.
Nilai arsitektur dan budaya yang luar biasa ini mengantarkan Wae Rebo meraih Award of Excellence dari UNESCO Asia-Pacific Awards for Cultural Heritage Conservation pada 2012.
Dikutip Kompas.id, Jumat (7/8/2020), untuk mencapai Wae Rebo yang berada di Kabupaten Manggarai, pengunjung harus menempuh perjalanan 5-7 jam dari Labuan Bajo menuju Desa Denge, baik melalui Ruteng atau jalur Lembor. Dari Denge, perjalanan berlanjut ke pos pertama pendakian, Wae Lomba, menggunakan ojek atau berjalan kaki (treking).
Didampingi pemandu lokal, pengunjung akan menembus rimbunnya hutan hingga pos kedua. Di sini, pemandangan ngarai terhampar dengan Desa Denge di kejauhan.
Setelah melewati perkebunan kopi, pendakian berakhir di pos ketiga, Rumah Kasih Ibu. Di sini, pemandu akan membunyikan kentungan sebagai tanda kedatangan tamu, yang akan dibalas oleh warga desa.
Sesuai tradisi, pengunjung akan disambut dalam upacara Wae Lu'u di Niang Gendang, rumah terbesar yang berada di tengah kompleks. Suguhan kopi Wae Rebo yang khas pun menanti untuk diseruput.
Setelah itu, pengunjung bisa menginap dan merasakan kehidupan sehari-hari warga desa, mulai dari belajar menenun kain tradisional hingga berinteraksi langsung dengan masyarakat setempat. Ada bonus istimewa menanti di pagi hari, yaitu pemandangan kabut tipis yang menyelimuti desa, menciptakan panorama bak negeri di atas awan.
Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat telah berevolusi dari sekadar kota nelayan menjadi destinasi premium Indonesia. Dikelilingi laut sebening kristal dan langit biru cerah, kota ini menawarkan pengalaman wisata berbeda dari destinasi lain di Asia Tenggara.
Dari pelabuhan Labuan Bajo, pengunjung bisa memulai petualangan mengeksplorasi pulau-pulau di sekitarnya, masing-masing dengan pesona yang berbeda.
Awal perjalanan biasanya dimulai dengan mendaki Pulau Padar. Di sana, tiga teluk berwarna berbeda terhampar di antara bukit-bukit hijau, menciptakan pemandangan spektakuler yang menjadi ikon Labuan Bajo.
Perjalanan berlanjut ke Pink Beach, salah satu dari tujuh pantai merah muda langka di dunia. Warna uniknya tercipta dari serpihan terumbu karang merah yang bercampur pasir putih. Air lautnya yang jernih menawarkan pengalaman snorkeling dan diving memukau, dengan terumbu karang berwarna-warni dan beragam jenis ikan sebagai atraksi utama.
Petualangan tidak lengkap tanpa mengunjungi Pulau Komodo, di mana pengunjung bisa trekking bersama ranger untuk melihat langsung komodo di habitat aslinya.
Untuk penutup yang sempurna, Bukit Lima Bintang Timur menawarkan pengalaman menyaksikan matahari terbenam di antara gugusan pulau-pulau kecil yang bertebaran di lautan biru.
Semua keindahan destinasi tersebut kini dapat Anda saksikan melalui program perjalanan eksklusif Flavorful Ride yang digelar pada 13-24 September 2024. Program ini mengajak para penggemar touring motor dan travelling untuk menjelajahi Flores sepanjang 1.000 kilometer selama 10 hari.
Petualangan dimulai dari ujung timur Flores, Larantuka, tempat para peserta pertama kali bertemu dengan motor yang akan menemani mereka. Rute berlanjut ke Danau Kelimutu untuk camping dan treking, dilanjutkan ke Bajawa untuk mengeksplorasi Desa Bena dan Savana Mausui.
Setelah singgah di Riung dan Ruteng, peserta akan merasakan kehangatan tradisi di rumah adat Wae Rebo. Perjalanan berakhir di Labuan Bajo dengan aktivitas island hopping ke Pulau Padar, Pink Beach, dan Pulau Komodo.
Seluruh momen perjalanan itu diabadikan dalam video series eksklusif yang bisa disaksikan di sini. Di situs tersebut, Anda juga bisa mendapatkan informasi menarik lainnya tentang aktivitas riding seru di berbagai kota.