KOMPAS.com — Kampung tematik kini menjadi salah satu simbol inovasi Kota Surabaya. Selain memperkuat daya saing di sektor pariwisata, kampung-kampung tematik juga menjadi katalisator bagi pengembangan ekonomi lokal yang berkelanjutan.
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya secara konsisten mengembangkan kampung tematik sebagai strategi untuk memanfaatkan potensi lokal dan memperkuat sektor ekonomi kreatif. Saat ini, Surabaya sudah memiliki 44 kampung tematik yang mengedepankan keunggulan, pariwisata, dan ekologi.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menjelaskan, kampung tematik merupakan kawasan yang dirancang berdasarkan tema tertentu, seperti budaya, seni, sejarah, serta kegiatan ekonomi atau sosial.
“Pengembangan kampung tematik bertujuan menciptakan identitas khusus, meningkatkan daya tarik wisata, dan mempromosikan potensi lokal yang unik,” ujar Eri dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (30/11/2024).
Baca juga: Pemkot Surabaya Tingkatkan Layanan Publik yang Cepat dan Transparan
Eri menjabarkan, kampung tematik di Surabaya dibagi menjadi tiga kategori, yakni Kampung Unggulan, Kampung Wisata, dan Kampung Ekologi.
Adapun Kampung Unggulan menonjolkan kelebihan dalam bidang ekonomi, budaya, pariwisata, pendidikan, atau lingkungan. Contohnya adalah Kampung Semanggi di Benowo, Kampung Kue di Rungkut, dan Kampung Lontong di Sawahan.
“Kampung-kampung itu menjadi ikon lokal yang memperkuat karakter wilayah masing-masing,” kata Eri.
Sementara itu, Kampung Wisata menawarkan pengalaman unik bagi wisatawan, seperti kerajinan lokal, kuliner khas, atau budaya tradisional. Contoh kampung wisata adalah Kampung Wethan Wonderland di Manukan Lor, Kampung Ketandan di Tunjungan, dan Kampung Lawas Maspati di Bubutan.
“Kawasan ini menjadi destinasi populer bagi pengunjung domestik ataupun internasional,” ujarnya.
Baca juga: DPRD dan Pemkot Surabaya Matangkan Rencana Makan Siang Gratis bagi Pelajar
Kemudian, Kampung Ekologi berfokus pada teknologi hijau, pengelolaan sampah, dan pertanian organik sehingga mendukung keberlanjutan ekosistem kota. Kampung-kampung ekologis yang ada di Surabaya di antaranya adalah Kampung Ekologis Dupak Magersari, Kampung Wonorejo, dan Kampung Jambangan.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian, dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kota Surabaya Irvan Wahyudrajat menegaskan bahwa pengembangan kampung tematik melibatkan masyarakat setempat sebagai penggerak utama.
“Pak Wali Kota berharap, setiap kelurahan memiliki kampung tematik yang mencerminkan ciri khasnya, seperti Kampung Kue, Kampung Semanggi, dan Kampung Lontong,” kata Irvan.
Irvan juga menyebutkan bahwa Pemkot Surabaya akan melibatkan sektor swasta untuk memperkuat kolaborasi dalam pengembangan kampung tematik ini.
Saat ini, dari 153 kelurahan di Surabaya, 44 di antaranya telah memiliki kampung tematik. Jumlah ini diproyeksikan terus bertambah.
“Kampung tematik berbasis komunitas dan berfungsi sebagai penggerak ekonomi lokal. Harapannya, setiap kampung dapat mendongkrak perekonomian warga melalui produk unggulan yang dimiliki,” tambah Irvan.
Baca juga: Pemkot Surabaya Raih Penghargaan Badan Publik Informatif di KI Jatim Awards 2024
Pengembangan kampung tematik juga didasarkan pada hasil Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) serta masukan dari kegiatan Cangkrukan Arek Suroboyo (CAS).
“Nanti, konsep ini akan digabungkan dengan visi Pak Wali Kota untuk menghadirkan creative hub dan co-working space di setiap wilayah sesuai aspirasi pemuda yang disampaikan dalam Musrenbang atau CAS,” jelas Irvan.
Irvan menilai, kampung tematik telah menjadi destinasi wisata berkelanjutan.Dia mencatat, kunjungan wisatawan terus meningkat berkat inovasi yang dilakukan warga setempat.
“Alhamdulillah, 44 kampung tematik di Surabaya sudah sustainable. Kini, tinggal menjaga agar kampung-kampung tersebut terus kreatif dan mampu mengembangkan produknya,” imbuh Irvan. (ADV)