KOMPAS.com - Produsen otomotif asal Wuhu, China, Chery, menunjukkan keseriusannya untuk mewujudkan ambisi menjadi salah satu pemain utama dalam industri otomotif global.
Hal tersebut terlihat dari langkah strategis yang mereka tunjukkan pada gelaran Auto Shanghai 2025.
Dalam ajang bergengsi itu, President Director of Chery International Zhang Guibing. Zhang mengatakan, perusahaannya berkomitmen untuk menjadi produsen mobil terbesar di dunia. Hal ini seiring dari semakin larisnya kendaraan Chery secara global.
"Saat ini, Chery telah hadir di lebih dari 120 negara. Kami tumbuh sangat cepat dan saya pikir pada akhir 2025, ekspor kami akan mencapai di sekitar 140 negara berbeda," ujar Zhang seperti diberitakan Kompas.com, Sabtu (26/4/2025).
Baca juga: Penjualan Chery J6 Meningkat Pesat pada Maret 2025
Tak hanya itu, dalam beberapa tahun terakhir, kinerja ekspor Chery terus mengalami peningkatan signifikan, dari hanya 96.000 unit pada 2019 hingga mencapai jutaan unit pada 2024.
Lebih lanjut, Zhang menjelaskan bahwa salah satu pasar yang menjadi fokus utama Chery adalah Eropa yang dikenal dengan standar kualitas yang tinggi.
“Pasar Eropa memang memiliki standar yang sangat tinggi. Namun, sekarang Chery berhasil mencapai pertumbuhan penjualan yang sangat cepat di sana. Hari ini, para pelanggan Eropa semakin cenderung memilih Chery dari banyak brand di pasaran,” papar Zhang.
Untuk mewujudkan target sebagai raksasa otomotif, tambah Zhang, Chery akan menjadikan teknologi hybrid sebagai salah satu ujung tombak strategis perusahaan.
Baca juga: Melihat Chery Tiggo Cross Hybrid Langsung di China
Menurut Zhang, hal itu sejalan dengan visi Chery untuk masuk 10 besar merek otomotif global sekaligus memimpin revolusi kendaraan ramah lingkungan.
Terlebih, pasar otomotif global saat ini juga semakin condong ke arah kendaraan berkelanjutan.
"Kami semua tahu dan paham, hari demi hari, pasar mulai bergeser ke segmen kendaraan listrik baru. Kami sangat yakin, kami akan menjadi yang teratas di masa mendatang. Kunci dari strategi ini adalah Chery Super Hybrid (CSH), sistem plug-in hybrid (PHEV) yang menjadi solusi atau jalan tengah antara efisiensi mobil listrik dan kepraktisan mesin konvensional,” kata Zhang.
Saat ini, teknologi CSH sudah masuk pada generasi kelima sebagai terobosan inovatif dari Chery.
Teknologi CHS disebutkan Zhang menawarkan sejumlah keunggulan penting yang membuatnya unggul di industri otomotif.
Baca juga: Strategi Chery Hadapi Perang Dagang AS-China
Salah satunya adalah efisiensi termal mesin yang mencapai 44,5 persen. Secara sederhana, efisiensi ini menunjukkan seberapa banyak energi dari bahan bakar yang benar-benar diubah menjadi tenaga.
Untuk diketahui, pada mesin mobil biasa, angka efisiensinya biasanya hanya sekitar 30–35 persen.
Artinya, mesin CSH mampu menggunakan bahan bakar lebih efektif, tetapi tetap menghasilkan tenaga lebih besar, sambil mengurangi konsumsi bahan bakar dan emisi gas buang.
Selain itu, Chery juga mengembangkan sistem DHT listrik tanpa gigi untuk transmisinya. Tidak seperti transmisi konvensional yang harus berpindah-pindah gigi, sistem ini menyalurkan tenaga dengan lebih mulus dan hampir tanpa kehilangan energi.
Hasilnya, efisiensi motor listrik (EV) mencapai 98,5 persen sehingga sangat hemat energi dan efisien saat beroperasi.
Sistem DHT juga secara cerdas dapat memilih jalur tenaga terbaik antara EV Mode dan Hybrid Mode dan meminimalkan serta memastikan energi tidak terbuang. Ini dilakukan demi menjaga efisiensi motor dan mesin tetap optimal sepanjang waktu.
Lalu, sistem itu memungkinkan hampir seluruh tenaga dari mesin dan motor listrik langsung digunakan untuk menggerakkan mobil.
Baca juga: Jajal Perdana Chery Tiggo 7 CSH
Kombinasi efisiensi mesin dan transmisi tersebut membuat teknologi CSH mampu memberikan performa kuat, hemat energi, sekaligus pengalaman berkendara yang lebih halus serta responsif.
Tidak hanya itu, teknologi baterai Guardian yang tahan kondisi ekstrem juga menjadi salah satu keunggulan signifikan dari sistem CSH.
Spesifikasi tersebut menandai lahirnya era baru mobil hybrid yang bebas dari kecemasan akan jarak tempuh.
“Dukungan penelitian dan pengembangan (R&D) terintegrasi serta validasi global semakin mengukuhkan posisi Chery sebagai pelopor kendaraan aman, cerdas, dan ramah lingkungan,” terangnya.
Berkat semua keunggulan itu, Zhang meyakini bahwa Chery bisa menjadi pemimpin pasar otomotif global.
Baca juga: Chery Sales Indonesia Catat Penjualan 1.521 Unit di Maret 2025
"Kami berpikir, besok Chery bisa menjadi nomor satu di dunia. Hari ini mungkin Anda tidak mempercayainya. Namun, jika hari ini saya katakan bahwa Chery mau menjadi nomor satu di berbagai negara. Saya pikir ini bukan tantangan besar bagi kami," kata Zhang.
Chery mengonfirmasi rencananya untuk meluncurkan mobil berbasis teknologi CSH di Indonesia pada 2025.
Salah satu kendaraan itu adalah TIGGO 8 CSH yang sudah diperkenalkan dan diprediksi akan resmi diluncurkan pada Mei mendatang.
Mobil tersebut menggunakan mesin 1.500 cc Turbo DHE dengan motor listrik yang mampu menghasilkan tenaga 201 Tk dan torsi 310 Nm.
Secara keseluruhan, TIGGO 8 CSH memiliki tenaga gabungan hingga 342Tk dan torsi 525 Nm.
Soal konsumsi bahan bakar, TIGGO 8 CSH diklaim sangat irit dengan efisiensi mencapai 76 km per liter dengan kondisi baterai penuh 100 persen hingga baterai mencapai di kapasitas 25 persen dengan berkendara ringan ataupun sedang.
Baca juga: Strategi Chery Group 2025: Siapkan Mobil Ringkas
Pada mode listrik penuh (EV), kendaraan tersebut dapat menempuh jarak hingga 90 kilometer. Akselerasi dari 0-100 km per jam hanya membutuhkan waktu 8,5 detik.
Country Director PT Chery Sales Indonesia (CSI) Zeng Shuo menerangkan bahwa selain TIGGO 8 CSH, beberapa model PHEV dengan teknologi CSH lain berpeluang besar masuk ke pasar Indonesia.
"TIGGO 8 dan mungkin TIGGO 9 serta TIGGO 7 (Pro PHEV). Kita lihat saja," ujar Zeng.
Meski begitu, spesifikasi dari TIGGO 9 serta TIGGO 7 belum diinformasikan secara resmi kepada publik.
Sementara itu, Sales Director CSI Budi Darmawan mengatakan, semua produk-produk terbaru Chery yang ditampilkan Auto Shanghai 2025 memiliki peluang untuk dipasarkan di Indonesia.
"Ada kemungkinan akan kami bawa ke Indonesia. Utamanya, yang teknologi CSH," kata Budi.