YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Ratusan penjual angkringan di Yogyakarta memadati The Westlake Resto di Jalan Ring Road Barat, Baturan, Kelurahan Trihanggo, Kapanewon Gamping, Kabupaten Sleman, pada Kamis (31/7/2025) pagi.
Mereka datang dengan sepeda motor, mengenakan kaus putih bergambar penjual jamu gendong bertuliskan “Ayo Minum Jamu”.
Para penjual angkringan tersebut merupakan peserta pelatihan “Angkringan Jamu Yogyakarta” yang diselenggarakan oleh PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (Sido Muncul).
Suasana pendopo yang teduh dan sejuk mewarnai kegiatan yang diikuti lebih dari 100 peserta itu. Mereka tampak antusias dan penuh semangat mengikuti rangkaian acara pelatihan.
Hadir dalam kegiatan tersebut Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, Dr (HC) Irwan Hidayat. Di awal sesi, Irwan berbagi pengalaman perjuangannya dalam merintis usaha jamu secara santai namun inspiratif agar peserta termotivasi untuk terus menekuni usaha mereka.
Peserta tampak menyimak dengan saksama. Beberapa bahkan mencatat poin-poin penting dari kisah Irwan sebagai bekal dalam mengembangkan usaha angkringan mereka.
“Pada hari ini saya dan dokter Rianti mengumpulkan (pedagang) angkringan di Kota Yogyakarta untuk memberikan pelatihan,” ujar Irwan Hidayat di sela kegiatan.
Irwan menyampaikan harapannya agar pelatihan tersebut dapat mendorong pertumbuhan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Yogyakarta, sekaligus meningkatkan kesejahteraan para penjual angkringan yang jumlahnya cukup besar di kota ini.
“Saya tadi memberi motivasi bahwa mereka itu hebat, dan semua bisa berkembang kalau dikelola dengan baik. Kunci suksesnya adalah produknya harus baik, bersih, dan harganya masuk akal. Saya berharap mereka bisa menjadi angkringan yang sukses dan bisa terus berkembang,” tuturnya.
Irwan pun membagikan contoh-contoh bagaimana ia memulai dari nol hingga mencapai titik seperti sekarang, dengan harapan penjual angkringan bisa mendapatkan inspirasi untuk terus maju.
“Angkringan itu potensial. Kami bantu dengan pelatihan, motivasi, dan pencerahan. Nilai bantuan kami tidak seberapa dibandingkan pengetahuan dan keyakinan bahwa mereka bisa sukses. Mereka bisa meniru hal-hal baik yang dipraktikkan oleh Sido Muncul,” jelas Irwan.
Pelatihan angkringan jamu itu juga merupakan bentuk komitmen Sido Muncul dalam melestarikan budaya jamu. Irwan menjelaskan, jumlah angkringan di Yogyakarta sangat banyak, bahkan bisa ditemukan hingga ke desa-desa.
“Penjual jamu sekarang sudah banyak yang hilang. Tempat jualan mahal, dan biasanya hanya jual satu jenis jamu. Tapi angkringan bisa survive karena menjual banyak macam. Sambil menjual makanan, mereka juga bisa menjajakan jamu agar budaya minum jamu tidak hilang,” kata Irwan.
Irwan menegaskan bahwa pihaknya tidak mewajibkan angkringan untuk menjual produk Sido Muncul. Mereka bebas menyajikan jamu dari merek mana pun.
“Tidak ada monopoli. Saya tidak mewajibkan angkringan harus menjual produk Sido Muncul. Itu bukan maksud kami,” jelasnya.
Ahli herbal medis, dr Rianti Maharani, MSi (HERBAL), FINEM, AIFO-K, menambahkan bahwa angkringan adalah warisan kuliner khas Yogyakarta.
Menurutnya, menghadirkan jamu di angkringan adalah langkah strategis untuk memperluas akses masyarakat terhadap minuman sehat dengan harga terjangkau.
“Ini kesempatan untuk menjangkau masyarakat luas agar mau minum jamu. Lewat angkringan, masyarakat bisa mendapatkan jamu dengan mudah dan murah,” ujarnya.
Dalam pelatihan tersebut, para penjual angkringan juga dibekali cara meracik jamu agar menarik dan mampu bersaing dengan kafe-kafe yang menyajikan minuman tradisional kekinian.
“Pelatihan ini akan mengajarkan berbagai cara penyeduhan jamu yang unik agar angkringan bisa bersaing dengan kafe. Tetap terjangkau, tapi tak kalah menarik,” kata Rianti.
Ia menambahkan, produk-produk Sido Muncul mempermudah proses penyajian karena sudah dikemas secara praktis. Para penjual tinggal menyajikannya tanpa perlu repot membuat dari awal.
“Teman-teman angkringan tidak perlu khawatir, karena produk Sido Muncul sudah (mendapatkan izin) BPOM serta dipastikan aman dan berkualitas,” jelasnya.
Dengan hadirnya jamu di angkringan, pelanggan diharapkan tidak hanya pulang dalam keadaan kenyang, tapi juga lebih sehat.
“Kami berharap, ke depan angkringan tidak hanya mengenyangkan, tetapi juga menyembuhkan,” imbuh Rianti.
Salah satu peserta pelatihan, Retnasari (50), adalah penjual angkringan kopi joss di Jalan Mangkubumi, Kota Yogyakarta. Ia menjadi salah satu pedagang yang terpilih untuk berkolaborasi dengan Sido Muncul.
“Saya memang terpilih untuk kolaborasi. Kemarin sudah diajak ke pabrik, sekarang belajar meracik jamu,” ujarnya.
Angkringan milik Retnasari terletak di kawasan wisata yang ramai dikunjungi wisatawan dan sopir bus pariwisata. Ia mengatakan, banyak pelanggannya yang kerap menanyakan jamu.
“Memang banyak yang bertanya. Tempat saya kan di kawasan wisata, banyak orang masuk angin, kelelahan, sopir-sopir bus juga banyak di situ,” tuturnya.
Menurut Retnasari, kehadiran jamu akan menambah variasi menu angkringannya. Ia pun optimistis jamu akan diminati pembeli karena merek Sido Muncul sudah dikenal luas.
“Impian saya, jamunya bisa laku. Saya juga merasa terbantu dengan branding dan lainnya,” pungkasnya.