KOMPAS.com - Kondisi ekonomi dunia saat ini masih penuh ketidakpastian. Ini terlihat dari kenaikan harga barang yang terus-menerus (inflasi), suku bunga yang tinggi, dan konflik politik antarnegara yang belum mereda.
Situasi itu sering kali membuat banyak orang memilih untuk menunggu dan melihat (wait-and-see), menunda niat mereka untuk berinvestasi.
Di tengah kondisi yang tidak menentu seperti itu, para investor disarankan untuk tetap berhati-hati dan bijak. Mereka juga perlu terus mencari peluang investasi yang sesuai dengan tingkat risiko yang bisa ditanggung.
Bank DBS, melalui laporan CIO Insights, menekankan pentingnya berinvestasi dengan perhitungan matang dan tujuan yang jelas. Langkah ini penting untuk bisa memanfaatkan kesempatan yang ada sekaligus mengelola risiko dengan cerdas di tengah perubahan pasar yang rumit.
Baca juga: DBS Cetak 57.000 Talenta Digital Lewat Coding Camp
Konsep “staying invested” atau tetap berinvestasi menjadi sangat penting. Sebab, jika keluar dari pasar, investor berisiko kehilangan kesempatan saat kondisi mulai membaik. Selain itu, ancaman inflasi yang masih ada bisa mengurangi nilai uang yang dimiliki.
Oleh karena itu, investasi berperan penting sebagai pelindung harta Anda. Saat ini, harga aset yang cenderung lebih rendah juga membuka kesempatan bagus untuk investor yang mau berinvestasi jangka panjang.
Di sisi lain, strategi "resilient income" yang berfokus pada pendapatan stabil menjadi sangat penting untuk menjaga keuangan tetap aman di tengah volatilitas pasar.
Beberapa opsi investasi yang cocok dalam kondisi penuh ketidakpastian seperti sekarang di antaranya adalah obligasi korporasi berkualitas, reksa dana pendapatan tetap, serta saham dividen dari perusahaan dengan fundamental kuat yang mampu menghasilkan arus kas stabil.
Baca juga: DBS Raih Triple Win di Euromoney Awards 2025, Sabet Gelar Worlds Best Bank Ketiga Kalinya
Bank DBS Indonesia membagikan beberapa strategi bagi investor untuk menghadapi perlambatan ekonomi. Pertama, melakukan diversifikasi investasi secara strategis.
Diversifikasi yang dimaksud tidak hanya menyebarkan investasi ke berbagai kelas aset, seperti saham, obligasi, dan pasar uang. Hal ini juga mencakup variasi geografis dengan berinvestasi di beragam wilayah atau negara.
Penting juga untuk menyebar investasi ke berbagai sektor agar portofolio tidak terlalu bergantung pada satu sektor yang bisa saja terdampak saat ekonomi melambat. Langkah ini dapat mengurangi risiko yang mungkin terjadi.
Kedua, menambah porsi investasi pada produk yang lebih aman dan stabil. Dalam situasi ekonomi yang tidak menentu, investor perlu meningkatkan jumlah investasi pada instrumen dengan tingkat risiko lebih rendah dan stabilitas lebih tinggi.
Baca juga: Riset DBS Sebut AI dan Sustainability Bisa Optimalkan Biaya Modal Perusahaan
Contohnya adalah obligasi pemerintah yang risikonya cenderung kecil dan memberikan pendapatan tetap. Saham dari sektor kebutuhan sehari-hari (sektor defensif), seperti makanan atau minuman, juga bisa menjadi pilihan bagus karena permintaan produknya relatif stabil meskipun ekonomi lesu.
Ketiga, investor disarankan memilih produk investasi yang mudah dicairkan (likuiditas tinggi). Likuiditas adalah faktor penting di tengah ketidakpastian pasar.
Investor perlu memperbanyak porsi investasi pada instrumen yang mudah diuangkan, seperti pasar uang dan obligasi pemerintah. Dengan likuiditas yang tinggi, investor punya keleluasaan untuk mengubah susunan investasi dengan cepat sesuai kebutuhan atau kondisi pasar, tanpa harus rugi besar karena susah menjual aset.
Terakhir, bagi investor yang berani ambil risiko dan berinvestasi untuk waktu lama (profil agresif dan horizon jangka panjang), perlambatan ekonomi dan pasar yang turun bisa jadi kesempatan.
Baca juga: Dana Kelolaan Nasabah Kaya Bank DBS Indonesia Tumbuh 17,8 Persen
Saat harga aset perusahaan bagus sedang turun, investor agresif bisa memanfaatkan momen tersebut untuk membeli dengan harga lebih murah.
Namun, perlu diingat, strategi tersebut menuntut analisis mendalam terkait fundamental perusahaan, serta optimisme nilai aset akan naik lagi dalam jangka panjang.
Dengan menerapkan strategi-strategi tersebut, investor dapat lebih siap menghadapi tantangan perlambatan ekonomi. Mereka juga dapat membuat investasi tetap menghasilkan keuntungan maksimal di masa depan.
Menyebar investasi ke berbagai jenis aset adalah kunci untuk mengurangi risiko dan memaksimalkan potensi keuntungan. Sebagai mitra tepercaya dalam mengelola keuangan, Bank DBS Indonesia punya beragam produk dan layanan investasi.
Baca juga: Intip Peran Bank DBS Indonesia Gerakkan Ekonomi Hijau dan Dukung Capaian NZE Nasional
Salah satunya, reksa dana yang mencakup reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham dalam dan luar negeri, reksa dana campuran, serta reksa dana pasar uang. Produk-produk ini bisa diakses lewat aplikasi DBS digibank dengan modal awal mulai dari Rp 100.000.
Reksa dana pendapatan tetap adalah pilihan ideal bagi investor yang ingin investasinya dikelola ahli dengan pembagian dividen secara berkala. Sementara, reksa dana saham dalam negeri menawarkan potensi pertumbuhan nilai investasi lewat saham-saham perusahaan berfundamental bagus.
Khusus reksa dana saham pasar luar negeri, Bank DBS Indonesia menawarkan dari wilayah-wilayah dengan dasar ekonomi kuat. Meski memberikan keuntungan karena melibatkan valuta asing (valas), instrumen ini memiliki risiko tersendiri sehingga investor perlu cermat.
Selain reksa dana, Bank DBS Indonesia pun menyediakan investasi obligasi pemerintah (SBN), baik Obligasi Ritel Indonesia (ORI) maupun obligasi negara lainnya. Obligasi pemerintah dianggap sebagai pilihan investasi yang sangat aman dan mampu memberikan pendapatan rutin dan tetap.
Ada pula produk investasi berjangka dalam rupiah dan deposito valas. Instrumen investasi ini memungkinkan nasabah menyimpan dana dalam jangka waktu tertentu dengan bunga tetap yang lebih tinggi dari tabungan biasa.
Nasabah bisa memilih tenor mulai dari 1 hingga 12 bulan, dengan modal awal minimal Rp 1 juta. Pembukaan dan pengelolaan deposito pun mudah dan praktis karena bisa dilakukan secara online lewat Aplikasi DBS digibank.
Tidak hanya reksa dana, obligasi, dan deposito, Bank DBS Indonesia juga menyediakan Produk Investasi Terstruktur, seperti Currency Linked Investment (CLI) yang mengombinasikan deposito dengan transaksi opsi mata uang.
Kemudian, ada pula Interest Rate Linked Investment (IRLI) yang kinerjanya terkait dengan suku bunga referensi.
Baca juga: Dapat Pendanaan dari DBS, Adena Coffee Akan Siapkan Petani Hadapi EUDR
Tak hanya itu, investasi berbasis environmental, social, and governance (ESG) juga tersedia di Bank DBS Indonesia.
Lewat investasi tersebut, investor tidak hanya mendapatkan keuntungan finansial, tapi juga turut berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang inklusif dan lingkungan yang berdampak bagi masyarakat dan bumi.
Bank DBS Indonesia berkomitmen menyediakan akses investasi yang mudah dan terjangkau bagi semua kalangan menengah, termasuk mereka yang sebelumnya mungkin belum terjangkau. Komitmen ini terwujud melalui konsep investasi yang merangkul semua orang (investment inclusion).
Lewat platform digital aplikasi DBS digibank, nasabah bisa membuka rekening, berinvestasi, membeli produk keuangan, dan memantau investasi dengan praktis dan modal awal yang terjangkau. Kemudahan akses ini menghilangkan kesulitan seperti proses ribet, biaya mahal, dan tidak perlu datang langsung.
Baca juga: Dukung Petani Kopi Lokal, DBS Salurkan Blended Finance ke Adena Coffee
Hal itu secara langsung mendorong lebih banyak orang untuk mulai berinvestasi dan mengelola keuangan secara aktif.
Untuk memperkuat pemahaman dan kemampuan investasi nasabah, kegiatan edukasi finansial atau literasi finansial juga diselenggarakan secara rutin oleh Bank DBS Indonesia. Kegiatan ini hadir dalam berbagai format diskusi pakar, seperti Smart Talk, DBS CIO Insights, DBS Asian Insights, hingga sesi konsultasi. Di sinilah peran Bank DBS Indonesia sebagai mitra tepercaya untuk mengelola kekayaan melalui wawasan yang terkurasi.
Ragam kegiatan tersebut dirancang agar interaktif dan relevan dengan kebutuhan nasabah. Topik yang dibahas pun mencakup dasar-dasar investasi, manajemen risiko, hingga strategi perencanaan keuangan jangka panjang.
Tidak hanya meningkatkan literasi finansial, strategi tersebut diharapkan dapat membangun kepercayaan diri nasabah dalam mengambil keputusan investasi yang tepat, serta menciptakan ekosistem investasi yang inklusif dan edukatif.