KOMPAS.com – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) kembali menegaskan pentingnya peran ekonomi syariah sebagai motor penggerak pembangunan ekonomi nasional lewat ajang BSI Global Islamic Finance Summit (GIFS) 2025.
Acara yang berlangsung di The Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta, Selasa (29/4/2025), itu mengangkat tema besar “Transformative Islamic Finance as Catalyst for Growth”. Ajang ini sekaligus menjadi agenda internasional unggulan BSI setelah sukses digelar perdana pada 2023.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama BSI Bob T Ananta mengatakan bahwa GIFS bukan hanya forum literasi dan diskusi ekonomi syariah, melainkan juga ruang untuk menegaskan keterkaitan langsung antara ekonomi syariah dan tujuan pembangunan ekonomi, baik nasional maupun global.
“BSI GIFS tidak sekadar menjadi forum untuk berbicara pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Forum ini menunjukkan bagaimana ekonomi syariah dapat memberikan kontribusi nyata terhadap ekonomi nasional dan target pembangunan secara luas,” tegas Bob dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Rabu (30/4/2025).
Gelaran GIFS 2025 dibuka oleh Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Danantara Rosan P Roeslani serta Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo.
Pada sambutannya, Rosan mengapresiasi konsistensi BSI dalam menyelenggarakan GIFS. Ia menilai, ajang ini memberi dampak positif besar terhadap perkembangan ekonomi syariah Indonesia.
Baca juga: BSI Umumkan Gelaran GIFS 2025, Tegaskan Peran Sentral dalam Ekonomi Syariah Global
Rosan turut menyoroti dominasi BSI yang menyumbang 50 persen dari total bisnis perbankan syariah nasional, meskipun pangsa pasar perbankan syariah baru mencapai hampir 9 persen.
“Jika dibandingkan (total) 87 persen populasi muslim di Indonesia, angka 9 persen ini masih sangat kecil. Harapannya, BSI dan seluruh perbankan syariah terus meningkatkan pangsa pasar dan sekaligus memperluas inklusi keuangan (nasional) yang saat ini masih 12,7 persen,” kata Rosan.
Ia juga menyebutkan bahwa struktur Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang masih didominasi konsumsi domestik (sekitar 53–54 persen) merupakan peluang besar untuk penguatan peran ekonomi syariah. Hal ini diharapkan dapat mendukung target pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2029.
“Kami ingin memperkuat kontribusi ekonomi syariah terutama pada konsumsi domestik agar lebih nyata mendukung pertumbuhan nasional,” ujarnya.
Pada kesempatan sama, Kartika Wirjoatmodjo atau yang akrab disapa Tiko menilai bahwa sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, Indonesia berpeluang menjadi pemain utama perbankan syariah global.
Baca juga: Target BSI Tambah Nasabah 20 Persen di GIFS 2025
Menurutnya, Indonesia berpotensi mengendalikan sektor konsumer dengan produk layanan perbankan syariah yang inovatif dan kompetitif.
“Masuknya BSI dalam 10 besar Global Islamic Bank menunjukkan kuatnya preferensi masyarakat terhadap layanan perbankan syariah. Inovasi menjadi kunci dalam menjembatani kesenjangan supply-demand dan mendorong industri halal nasional,” tutur Tiko.
Lebih lanjut, Bob menekankan bahwa peran ekonomi dan keuangan syariah telah diakui secara strategis dalam dokumen Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025–2045.
Pada dokumen tersebut, ekonomi syariah diposisikan sebagai salah satu pilar menuju Visi Indonesia Emas 2045.
Tak hanya itu, ekonomi syariah juga menjadi bagian penting dalam pencapaian ekonomi inklusif dan berkelanjutan, serta masuk dalam Asta Cita pemerintah.
Untuk diketahui, Asta Cita merupakan strategi pembangunan yang mendorong kemandirian bangsa dan pemerataan ekonomi yang adil.
“BSI GIFS bukan hanya agenda tahunan, melainkan platform advokasi berkelanjutan dari BSI sebagai market leader perbankan syariah nasional,” ujar Bob.
Selain kedua tokoh tersebut, GIFS 2025 juga menghadirkan pembicara internasional, antara lain Professor of Globalisation and Development University of Oxford, Ian Goldin, yang memaparkan peran sektor keuangan berperan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Kemudian, ada Professor and Sharjah Chair in Islamic Law and Finance Durham University, Habib Ahmed, yang mengulas inovasi-inovasi kunci di dalam ekonomi syariah, termasuk dalam dunia digital agar bisa mendorong percepatan pertumbuhan.
Ada pula, Professor of Islamic Political Economy and Finance Durham University, Mehmet Asutay, yang menyoroti hubungan ekonomi syariah dan kesejahteraan umat dalam kerangka maqasid syariah.
Baca juga: OJK Ungkap Penyebab Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah Masih Rendah
Pada kesempatan sama, Chief Economist BSI Banjaran Surya Indrastomo menjelaskan, penyelenggaraan GIFS 2025 berperan penting dalam harmonisasi kebijakan antarsektor untuk memastikan bahwa pengembangan ekonomi syariah selaras dengan arah pembangunan nasional.
“Kebijakan ekonomi syariah harus dibuat in line dengan target pembangunan jangka pendek, menengah, dan panjang. Ekonomi syariah tidak boleh dianggap sebagai entitas terpisah dari sistem ekonomi nasional,” ujar Banjaran.
Selain menjadi forum literasi dan advokasi, BSI GIFS 2025 juga menyasar aktivasi bisnis melalui berbagai produk unggulan, mulai dari BSI Bank Emas, BYOND by BSI, BEWIZE by BSI, hingga BSI Prioritas.
Pada gelaran tahun ini, BSI meluncurkan Muslim Consumption Index (MCI) sebagai indeks yang mengukur tren konsumsi masyarakat muslim di Indonesia, serta menghadirkan BEWIZE by BSI sebagai platform digital untuk memperkuat layanan nasabah wholesale dan mendorong inklusi keuangan.
Selain itu, gelaran BSI GIFS 2025 juga ditargetkan dapat meningkatkan kinerja bisnis perusahaan sebesar 20 persen jika dibanding 2023.
Sebagai informasi, GIFS 2024 berhasil mencatatkan tambahan nilai bisnis sebesar Rp 227,11 miliar dari sejumlah aktivasi. Jumlah ini belum termasuk dari kerja sama bisnis yang tercipta melalui networking yang terbangun.
Banjaran menambahkan bahwa GIFS 2025 juga diharapkan menjadi forum pemikiran strategis bagi para aktivis dan pelaku ekonomi syariah, baik nasional maupun global.
Berkaca pada penyelenggaraan GIFS 2023, ajang itu berhasil menghadirkan sekitar 1.500-an peserta dari berbagai kalangan, mulai dari regulator dan pemerintah, nasabah korporasi dan institusi, nasabah high-net worth, serta akademisi.
Tahun ini, GIFS disiarkan secara daring melalui kanal YouTube dan menghadirkan lebih banyak figur publik nasional, termasuk Co-Founder Paragon Corp Salman Subakat, perencana finansial Rista Zwestika, dokter dan aktivis kesehatan dr Reisa Broto Asmoro, serta ustadz dan ulama Habib Jafar.