BOGOR, KOMPAS.com – Yaya (42) memeluk erat putrinya, Navira, yang baru berusia tiga tahun. Balita tersebut lahir dengan down syndrome dan mengalami stunting sejak usia 22 hari.
"Sedih rasanya, tapi saya terus berusaha kasih makan bergizi, kasih susu yang lebih mahal," ujar warga Desa Bendungan itu dengan suara lirih.
Navira adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Kedua kakaknya tumbuh sehat dan normal, tetapi Navira mengalami hambatan pertumbuhan. Jarak usia mereka belasan tahun, dan sejak lahir, Navira lebih rentan sakit.
Yaya sendiri hanya ibu rumah tangga dan suaminya, Bohari (50), bekerja serabutan. Kondisi ini membuat pendapatan mereka otomatis tidak menentu. Sementara, biaya perawatan Navira terus bertambah.
Di Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, ratusan anak mengalami hal serupa. Stunting masih menjadi masalah kesehatan yang mengancam masa depan anak-anak Indonesia.
Menurut data Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting di Indonesia masih terbilang tinggi. Pada 2023, angkanya 21,5 persen. Penurunan yang ditargetkan pemerintah bisa mencapai 14 persen pada 2024 pun seperti belum terwujud.
Di Kabupaten Bogor sendiri, tercatat lebih dari 7.722 anak mengalami kondisi tersebut.
Stunting bukan sekadar masalah tinggi badan. Anak-anak yang mengalami stunting berisiko lebih tinggi mengalami gangguan kognitif dan daya tahan tubuh yang rendah. Jika tidak ditangani sejak dini, dampaknya bisa berlanjut hingga dewasa.
Untuk membantu mereka, PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (Sido Muncul) menyalurkan uang tunai senilai Rp 425 juta bagi 170 anak suspek stunting yang berasal dari 14 desa di Kecamatan Jonggol. Bantuan tersebut diserahkan secara simbolis kepada RS Permata Jonggol, Sabtu (15/3/2025).
Adapun rinciannya Desa Sirnagalih 14 anak, Weninggalih 12 anak, Bendungan 19 anak, Sukagalih 37 anak, Balekambang 15 anak, Cibodas 3 anak, Sukanegara 26 anak, Sukajaya 29 anak, Jonggol 2 anak, Singajaya 6 anak, Singasari 1 anak, Sukamaju 1 anak, Sukamanah 2 anak, dan Sukasirna 3 anak.
Masing-masing penerima bantuan akan menerima Rp 500.000 per bulan selama lima bulan. Pihak rumah sakit yang akan mentransfer uang tersebut kepada orangtua.
"Kami ingin berkontribusi mengatasi stunting, bukan sekadar seremonial. Setiap bulan, kami ingin melihat apakah ada perkembangan," kata Direktur PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk Dr (HC) Irwan Hidayat.
Program tersebut diharapkan dapat membantu orangtua dalam memenuhi kebutuhan gizi anak mereka.
Direktur RS Permata Jonggol dr Sri Handayani, MARS, menegaskan bahwa pihak rumah sakit akan ikut mengawal program tersebut.
"Kami bersama puskesmas dan kader desa akan terus memantau perkembangan anak-anak penerima manfaat. Berat badan dan tinggi badan mereka akan kami evaluasi setiap bulan," ujarnya.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dr Fusia Meidiawati, SH, MH, Kes, MARS, menyambut baik inisiatif Sido Muncul.
Ia menyebut, angka stunting di Jonggol mencapai 160 anak. Namun, perusahaan memberikan bantuan kepada 170 anak, termasuk anak-anak yang hampir masuk kategori stunting.
"Ini langkah konkret yang kami apresiasi. Penanganan stunting tidak hanya tugas pemerintah, tapi perlu peran dari berbagai sektor," kata Fusia.
"Semoga program ini bisa berkelanjutan. Kalau bisa enam bulan atau satu tahun, tentu akan lebih baik. Namun, ini sudah langkah awal yang luar biasa," sambungnya.
Di tengah acara, Asma (33) duduk di kursi dengan Muhammad Azka (2,5) di pangkuannya. Anak bungsunya tersebut mengalami stunting sekaligus gangguan penglihatan sejak lahir.
"Saya pikir sudah cukup memberi makan bergizi. Ternyata, berat badannya kurang terus," ucap warga Desa Sukagalih tersebut.
Azka adalah anak yang dinantikan Asma setelah tiga kali keguguran. Saat dokter memberitahu bahwa pertumbuhan Azka lebih lambat dari anak seusianya, Asma sempat terpukul.
"Saya enggak tahu soal stunting sebelumnya. Baru sadar setelah diperiksa dokter," ujarnya.
Dengan adanya bantuan dari Sido Muncul, Asma berharap anaknya bisa tumbuh lebih sehat.
"Ini bukan sekadar uang, melainkan perhatian buat anak-anak kami," ujarnya.
Bantuan di Jonggol bukanlah program CSR pertama Sido Muncul. Sebelumnya, perusahaan ini telah membantu 744 anak stunting di berbagai daerah, seperti Jakarta, Semarang, Bali, Bandung, dan Cimahi.
"Kami sudah delapan kali memberikan bantuan untuk anak-anak stunting. Kami berharap, semakin banyak pihak yang ikut berperan," ucap Irwan.
Menurutnya, program tersebut bukan sekadar aksi filantropi. Irwan bahkan berbagi pengalaman pribadinya.
"Waktu kecil saya sendiri mengalami stunting. Berat badan saya kecil, sering sakit-sakitan. Namun, dengan perhatian orangtua, saya bisa tumbuh sehat. Itu yang kami ingin dukung untuk anak-anak lain," tuturnya.
Selain uang tunai, Irwan juga membagikan bingkisan bagi seluruh anak-anak penerima manfaat yang hadir. Para ibu pun tersenyum bahagia seraya berterima kasih.