PURWOKERTO, KOMPAS.com - Direktur PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (Sido Muncul) Irwan Hidayat menjadi pembicara dalam seminar nasional bertajuk "Pengembangan Masyarakat Pedesaan Kearifan Lokal Berkelanjutan 2024" di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jawa Tengah, Selasa (24/92/2024).
Pada kesempatan itu, ia berbagai pengalamannya, mulai dari kisah membangun perusahaan hingga pemberdayaan masyarakat di pedesaan.
Irwan menceritakan, Tolak Angin pertama kali dibuat oleh neneknya di Yogyakarta pada 1940 dalam bentuk ramuan yang direbus. Kemudian pada, saat Sidomuncul didirikan pada 1951, ramuan tersebut diubah dalam bentuk serbuk.
Seiring waktu berjalan, tepatnya pada 1994, ramuan tersebut diubah menjadi ekstrak. Kemudian, dicampur dengan madu dan bahan-bahan lainnya menjadi Tolak Angin cair seperti yang dikenal masyarakat luas saat ini.
Irwan mengatakan, rantai produksi Sido Muncul tidak lepas dari peran serta masyarakat pedesaan. Menurutnya, seiring kesuksesan Sido Muncul membangun industri jamu, maka kebutuhan bahan baku akan semakin meningkat.
"Kami kerja sama dengan kelompok masyarakat, kami beri bibit, bagaimana cara menanam, kemudian dibeli lagi. Salah satunya di sini ada Desa Sambirata yang jadi binaan dan bekerja sama (dengan Sido Muncul)," kata Irwan.
Sampai saat ini, total ada sekitar 120 kelompok tani di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang bekerja sama dengan Sido Muncul untuk memenuhi kebutuhan bahan baku jamu.
Menurut Irwan, keberadaan petani di pedesaan sangat dibutuhkan. Ia pun melakukan kerja sama dengan petani bukan karena ingin menolong, melainkan memang menjadi kebutuhan perusahaan.
"Kalau sama petani saya membutuhkan, bukan menolong, kalau menolong kesannya kasihan. Pengusaha itu sangat membutuhkan masyarakat pedesaan," ujar Irwan.
Dalam relasi tersebut, kata Irwan, Sido Muncul mengambil peran layaknya lokomotif yang akan menarik desa sebagai gerbong.
"Dengan membangun Sido Muncul, (kami) menciptakan pasar. Secara otomatis, desa itu menjadi gerbong, akan ditarik semua. Tapi kalau lokomotifnya enggak ada, maka pasarnya enggak ada," kata Irwan.
Kesuksesan Sido Muncul, kata Irwan, juga tak terlepas dari besarnya dana yang digelontorkan untuk membangun brand image. Dana tersebut digelontorkan untuk belanja iklan dan promosi wisata, salah satunya Labuan Bajo.
"Bukan hanya corporate social responsibility yang besarannya 2 persen, tapi saya buat totally corporate social responsibility, membuat Sido Muncul menjadi terkenal," ujar Irwan.
Sementara itu, Rektor Unsoed Prof Dr Akhmad Sodiq mengatakan bahwa sejak awal didirikan, Unsoed berkomitmen memberdayakan masyarakat pedesaan.
"Tahun ini, pada ulang tahun ke-61 Unsoed, dari awal pendiriannya karena ini posisinya di desa mengokohkan diri pada pengembangan sumber daya pedesaan dan kearifan lokal," kata Sodiq.
Pemberdayaan itu difokuskan di wilayah Banyumas Raya yang meliputi Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, ditambah Kebumen dan wilayah eks Karesidenan Pekalongan.