BANDUNG, KOMPAS.com – “Makanan” menjadi hal yang kerap terlintas pertama kali di kepala ketika berbicara tentang jamur.
Beberapa jenis jamur memang memiliki rasa yang lezat serta dapat diolah menjadi berbagai hidangan, seperti jamur kuping, jamur kancing, jamur tiram, jamur enoki, dan jamur shitake.
Jamur juga bermanfaat bagi tubuh karena mengandung antioksidan, beta glukan, vitamin B, tembaga, dan kalium.
Jamur atau fungi sendiri merupakan organisme eukariotik yang bersifat heterotrof. Organisme ini mendapat nutrisi dari bahan organik.
Di Bumi, persebaran jamur juga sangat besar. Menurut data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)—sekarang Badan Riset dan Inovasi (BRIN)—yang dirilis pada 2019, terdapat 1,5 hingga 3 juta spesies jamur di dunia. Khusus di Indonesia, ada 86.000 spesies jamur.
Di samping sebagai bahan pangan, jamur juga memiliki peran penting bagi lingkungan dan dunia medis.
Siapa sangka pula bahwa jamur bisa dikembangkan menjadi kain kulit imitasi (leather). Material ini menjadi bahan dasar pembuatan berbagai produk fesyen, mulai dari sepatu, aksesori, tas tangan, hingga tali (strap) jam tangan.
Baca juga: Lestari Summit 2024, Wujud Komitmen KG Media terhadap Keberlanjutan
Adalah MYCL, perusahaan rintisan (startup) asal Bandung, Jawa Barat (Jabar), yang berhasil berinovasi dengan menciptakan kain kulit berbahan dasar jamur dan limbah pertanian.
Pada kunjungan media ke kantor MYCL di Cisarua, Kabupaten Bandung, Jabar, Rabu (24/7/2024), Co-Founder dan Chief Innovation Officer MYCL Arekha Bentangan menceritakan bahwa ide tersebut berawal dari bisnis media tanam jamur pada 2012.
Dari situ, Arekha dan rekan-rekannya mulai meneliti media tanam jamur untuk dikembangkan menjadi material bangunan yang disebut mycelium composite.
Pada 2018, penelitian mereka berkembang dengan “mengawinkan” jamur dan limbah pertanian hingga menjadi kain sintetis atau mycelium leather (Mylea).
“Indonesia merupakan negara dengan limbah pertanian yang besar. Alih-alih berakhir menjadi sampah yang memicu emisi karbon, limbah pertanian bisa diubah menjadi kain sintetis ramah lingkungan,” ucap Arekha.
Dia menjelaskan, pengolahan Mylea menyerupai pembuatan tempe. Limbah pertanian, khususnya yang mengandung selulosa, seperti serbuk kayu, tandan kosong, dan sekam jagung, diubah menjadi serbuk limbah.
Kemudian, serbuk limbah dicampur dengan benih jamur jenis Bacillus mycota. Jamur pun akan tumbuh hingga membentuk miselium yang serupa serabut. Serabut ini bertugas mengikat serbuk limbah menjadi kesatuan hingga berbentuk lembaran kain sintetis.
Meski kerap dipandang sebelah mata, Mylea terbukti memiliki kualitas serupa kain berbahan kulit sapi. Pada tes fleksibilitas, misalnya, Mylea mencatatkan kekuatan tekuk hingga 100.000 kali. Angka yang sama juga dicatatkan kain berbahan kulit sapi.
Untuk tes tensile strength, hasil kekuatan tarik hingga robek kain Mylea mencapai 13,6 megapascal (Mpa).
“Angka itu lebih tinggi ketimbang kain berbahan kulit sapi yang hanya mencapai 12 Mpa,” kata Arekha.
Kain sintetis Mylea juga lebih ramah lingkungan jika dibandingkan kain berbahan kulit sapi yang jamak digunakan di industri fesyen. Hal ini disebabkan Mylea dibuat dari pemanfaatan limbah pertanian.
Baca juga: 4 Manfaat Efisiensi Energi bagi Bisnis, Termasuk Membangun Keberlanjutan
Arekha menjelaskan bahwa kain berbahan kulit sapi bisa menghasilkan emisi karbon hingga 110 kg CO2e per meter persegi.
Emisi karbon itu mencakup pemeliharaan sapi hingga sekitar dua tahun dan siap untuk dikuliti. Sementara, pembuatan kulit berbahan jamur hanya membutuhkan waktu sekitar 60 hari.
“Emisi karbon yang dihasilkan dalam pengolahan Mylea hanya 22,1 kg CO2e per meter persegi. Artinya, produk ini bisa menekan emisi hingga 5 kali lipat (ketimbang produksi kain berbahan kulit sapi),” ucapnya.
Dalam pengelolaan limbah, lanjutnya, MYCL juga berhasil mengolah 500.000 kg limbah pertanian per tahun sebagai bahan baku. Angka ini mengurangi limbah akhir sebesar 73.974 kg per tahun dan emisi karbon sebesar 64.184,88 ton CO2e.
Berkat keunggulan tersebut, Mylea pun berhasil menembus pasar internasional, mulai dari Singapura Korea, Jepang, hingga Jerman.
“Perkembangan usaha itu membuat kami berhasil memberdayakan lebih dari 40 warga sekitar untuk membantu menjalankan operasional bisnis. Kami juga bekerja sama dengan puluhan kelompok tani untuk penyediaan limbah pertanian,” tambah Arekha.
Semangat (spark) terhadap isu keberlanjutan yang dimiliki MYCL tak terlepas dari misi besar para founder untuk berperan aktif dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainability Development Goals (SDGs).
Utamanya pada Poin 1 Tanpa Kemiskinan, Poin 2 Tanpa Kelaparan, Poin 3 Kehidupan Sehat dan Sejahtera, Poin 8 Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, Poin 9 Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, Poin 10 Berkurangnya Kesenjangan, Poin 12 Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, Poin 13 Penanganan Perubahan Iklim, Poin 15 Ekosistem Daratan, serta Poin 17 Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Baca juga: Bantu Masyarakat Rentan, DBS Foundation Beri Danah Hibah Rp 3 Milyar untuk UKM
Semangat MYCL juga sejalan dengan napas Bank DBS Indonesia yang berkomitmen untuk menghidupkan dan memberdayakan spark di dalam diri setiap orang agar menggapai seluruh aspirasinya tanpa keraguan. Terlebih, inovasi yang bertujuan untuk mencapai masa depan yang lebih berkelanjutan.
Inovasi MYCL dalam mengolah limbah pertanian dan jamur menjadi kain kulit ramah lingkungan pun mendapat dukungan dari Bank DBS Indonesia.
Melalui program DBS Foundation Business for Impact Grant Award, Bank DBS Indonesia memberikan dana hibah guna mendukung pengembangan prototipe biomaterial berkelanjutan rancangan MYCL pada 2016. Dua tahun berselang, MYCL kembali meraih dana hibah serupa.
Co-Founder dan sekaligus Chief Finance Officer MYCL Annisa Wibi menuturkan bahwa dana hibah yang diterima pada 2018 digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi dari seluas 100 kaki persegi per tahun menjadi 10.000 kaki persegi per tahun.
“MYCL juga memperluas jangkauan ke pasar global ke 48 negara dan menampilkan karya kami di Paris Fashion Week 2024 dalam kolaborasi bersama merek pakaian asal Jepang, Doublet,” ucap Annisa.
Pada kesempatan sama, Head of Group Strategic Marketing and Communications PT Bank DBS Indonesia Mona Monika menjelaskan bahwa dukungan terhadap MYCL merupakan wujud nyata pilar keberlanjutan perusahaan yang ketiga, yakni Impact Beyond Banking.
Bank DBS Indonesia melalui DBS Foundation Business for Impact Grant Award memberikan dana hibah kepada social enterprise (SE) atau wirausaha sosial terpilih untuk memperluas jangkauan dan dampak keberlanjutannya pada aspek environmental, social, dan governance (ESG).
“Setiap SE yang mendapatkan dana hibah tersebut, termasuk MYCL, dianggap memiliki ‘spark’ yang menjadi pendorong untuk menjawab berbagai tantangan sosial dan lingkungan di Indonesia serta mendukung SDGs sekaligus,” ucap Mona.
Dia menambahkan bahwa sejumlah masalah, mulai dari pengelolaan sampah, fesyen berkelanjutan, pemberdayaan perempuan, hingga peningkatan kesadaran akan polusi udara, merupakan beberapa fokus dari para SE tersebut.
Baca juga: DBS Bank Tower Raih Sertifikat Bangunan Hijau Platinum dari GBCI
Sejalan dengan itu, Bank DBS Indonesia juga meluncurkan kampanye “Trust Your Spark” dalam rangka merayakan Hari Ulang Tahun Ke-35.
Kampanye itu ditujukan untuk menghidupkan dan memberdayakan spark dalam diri setiap orang agar mereka bisa mengejar mimpi dan menggapai seluruh aspirasinya tanpa keraguan.
“Kami mengagumi cara setiap social enterprise percaya pada 'spark' mereka yang berupaya mengatasi isu lingkungan, sosial, serta kesetaraan gender dan pemerataan kesempatan kerja. Hal inilah yang memacu semangat Bank DBS Indonesia untuk menjadi mitra strategis dan penggerak menuju keberlanjutan,” tambah Mona.
Dia berharap, kampanye “Trust Your Spark” dapat menginspirasi semakin banyak wirausaha sosial untuk berperan aktif mewujudkan Indonesia yang lestari.
Sebagai informasi, Bank DBS menyiapkan dana hibah hingga 250 dollar Singapura atau Rp 3 miliar bagi wirausaha sosial pada 2024.
Pendaftaran program DBS Foundation Business for Impact Grant Award 2024 dibuka hingga Kamis (15/8/2024). Informasi mengenai program tersebut dapat ditemukan pada tautan berikut.