JAKARTA, KOMPAS.com – Siapa yang tak ingin kuliah di United Kingdom (UK) atau Inggris Raya? Negeri Anglo Sakson ini merupakan salah satu destinasi studi yang paling diminati oleh mahasiswa dari seluruh dunia karena kualitas pendidikan kampusnya yang diakui secara internasional.
Lulus dari kampus di UK bakal membuka peluang karir lebih baik. Saat berkuliah, mahasiswa juga mendapatkan pengalaman global.
Ada banyak jalan menuju Roma, begitu pula untuk berkuliah di Inggris Raya. Calon mahasiswa dari Indonesia dapat mengikuti beragam program beasiswa yang tersedia, salah satunya program GREAT Scholarships dari British Council.
GREAT Scholarships 2025 merupakan beasiswa yang ditujukan untuk jenjang postgraduate (S2). Program ini memberikan potongan biaya kuliah (tuition fee) 10.000 poundsterling atau sekitar Rp 210 juta per mahasiswa.
Pilihan kampusnya pun beragam, yakni Anglia Ruskin University, Bournemouth University, Cardiff University, Glasgow Caledonian University, Kingston University London, Sheffield Hallam University, University of Bristol, University of Manchester, University of Hull, University of Plymouth, University of St Andrews, University of York, serta SOAS University of London
Salah satu penerima beasiswa GREAT Scholarships dari British Council, Mia Oenoto, mengaku bahwa berkuliah di Inggris memberikan pengalaman lengkap.
Sistem penilaian di Imperial College London berbasis proyek dan kerja sama tim, yaitu berdasarkan laporan proyek yang dikerjakan bersama dalam kelompok.
Baca juga: British Council Buka Beasiswa Khusus Perempuan, Upaya Runtuhkan Batasan Gender di Bidang STEM
Selain mengasah keterampilan akademik, sistem pembelajaran ini juga melatih kemampuan kerja sama dan komunikasi dalam tim.
Mia memiliki pengalaman menarik saat menyusun tesis di Imperial College London. Di kampusnya, mahasiswa diberikan kebebasan untuk memilih judul tesis dari berbagai opsi yang telah dipetakan dosen pembimbing.
Meski demikian, mahasiswa tetap bisa mengajukan judul sendiri sesuai minat dan perspektif pribadi.
Dalam menyusun tesis, Mia memilih mengembangkan proyek penelitian yang juga tengah dilakukan profesor pilihannya. Proyek tersebut berfokus pada perikanan berkelanjutan (sustainable fisheries) dan bekerja sama dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Melalui proyek tersebut, Mia berkesempatan menjadi asisten peneliti berbayar di Kepulauan Bermuda.
Ia sendiri mengaku tidak pernah membayangkan bisa mengunjungi Bermuda Islands yang dikenal sebagai lokasi tempat banyak kapal karam.
Baca juga: Mengenal Para Tenaga Pelatih dalam Program SIDP dari British Council
"Itu merupakan pengalaman paling luar biasa dalam hidup saya. Saya tidak akan pernah sampai ke sana jika bukan karena proyek ini," ungkap Mia kepada Kompas.com di Menara Kompas, Jakarta.
Mia mengaku, melanjutkan studi di UK memberikan nilai tambah signifikan dalam menunjang karier dan portofolionya sebagai Manager Sustainability and Climate Change di PWC.
Dari sisi akademik, menempuh pendidikan master di Inggris menjadi pengalaman yang sangat memperkaya pola pikir dan pengalamannya. Pasalnya, pendekatan pendidikan di UK lebih menekankan pada aspek critical thinking dan keaktifan dalam proyek.
Sementara itu, dalam hal karier, pengalaman pendidikan di luar negeri kerap dipandang sebagai indikator keunggulan di tengah kompetisi dunia kerja yang makin ketat, baik secara akademik maupun soft skill.
Apalagi, ia mengambil studi yang selaras dengan isu-isu terkini di bidang lingkungan, yakni Environmental Engineering Technology di Imperial College London.
“Sekarang topik-topik seperti sustainability itu sudah sangat relevan. Saya merasa senang bisa mendalami itu secara akademik dan sekarang bisa saya share ke tim atau rekan kerja,” jelasnya.
Mia pun menjelaskan tahapan yang harus dilaluinya untuk mendapatkan beasiswa GREAT Scholarships di Imperial College. Untuk mendapatkan beasiswa ini, kandidat harus memperoleh letter of acceptance (LoA) dari universitas yang dituju.
Adapun tahapan pendaftaran beasiswa Great Scholarship mencakup pengisian data pribadi dan penulisan esai yang menjadi salah satu komponen penting dalam seleksi.
Esai yang harus ditulis pun cukup beragam, mencakup pertanyaan seputar latar belakang keuangan dan aspek lain yang mendukung aplikasi beasiswa.
“Setelah seluruh dokumen dikirim, hasil seleksi diumumkan dalam waktu sekitar dua hingga tiga minggu,” katanya.
Baca juga: Kembangkan Literasi Digital di Daerah, British Council Gelar Pelatihan SIDP
Mia berpesan kepada pelamar beasiswa untuk tidak berputus asa jika mengalami kegagalan. Menurutnya, kegagalan seleksi beasiswa bukan berarti seseorang tidak pintar atau tidak layak.
Kegagalan bisa terjadi karena beasiswa yang tersedia tidak sesuai kualifikasi atau keinginan penerima. Ia sendiri membutuhkan empat tahun untuk bisa mendapatkan beasiswa sesuai keinginannya.
Bagi Mia, mengejar beasiswa bukan soal diterima atau tidak. Selama mencari beasiswa, ia berkesempatan membangun jaringan, bertemu komunitas baru, dan terinspirasi dari orang-orang yang memiliki cita-cita luar biasa.
“Saya mendapatkan mentor, sahabat, serta wawasan baru yang memperkaya perjalanan saya (selama mengejar beasiswa),” tuturnya.
Oleh karena itu, ia pun menyarankan pelamar untuk mengikuti komunitas terkait beasiswa. Di komunitas ini, akan ada banyak informasi dan tip didapat agar dapat lolos, termasuk saat tinggal di Inggris nanti.
Salah satu universitas yang menyediakan beasiswa GREAT Scholarships 2025 adalah The University of Manchester.
Perwakilan The University of Manchester, Fran Hallwell, mengatakan bahwa The University of Manchester merupakan salah satu universitas bergengsi di dunia. Pada 2024, universitas di Manchester ini menempati peringkat ke-34 dunia dan ke-6 di Inggris.
Universitas tersebut memiliki tiga fakultas utama, yakni Fakultas Biologi, Kedokteran dan Kesehatan; Fakultas Humaniora; serta Fakultas Sains dan Teknik.
Sejak berdiri pada 1824, University of Manchester menjadi pelopor dalam berbagai bidang, termasuk salah satu universitas pertama dalam pengembangan teknologi komputer.
Hingga kini, universitas tersebut telah terafiliasi dengan 26 penerima Nobel, baik pengajar maupun alumnus. Adapun peraih novel terakhir yang merupakan alumnus University of Manchester adalah Simon Johnson.
Alumnus program magister pada 1986 ini meraih Nobel Ekonomi pada 2024 untuk studi komparasi mengenai kemakmuran antar-negara bersama Daron Acemoglu dan James A Robinson.
University of Manchester memiliki tiga fokus utama, yakni penelitian kelas dunia, tanggung jawab sosial, dan pengalaman mahasiswa yang unggul.
“University of Manchester menjadi rumah bagi komunitas internasional. Setidaknya terdapat lebih dari 300 mahasiswa asal Indonesia yang berkuliah di universitas ini. Mereka tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Manchester Raya,” kata Fran dalam webinar bertema “Kobi X Study UK British Council: Unlocking the GREAT Scholarships 2025”pada Sabtu (22/3/2025).
Fran melanjutkan, mahasiswa yang telah mengajukan beasiswa GREAT Scholarships 2025 di University of Manchester akan mendapatkan formulir aplikasi beasiswa ini secara otomatis. Selanjutnya, mahasiswa dapat mengisi data pribadi dan menyusun personal statement.
University of Manchester akan menutup pendaftaran beasiswa pada 24 April 2025. Hasil seleksi akan diumumkan pada 30 Mei 2025.
“Penerima beasiswa diharapkan memberikan konfirmasi penerimaan beasiswa paling lambat 15 Juni 2025,” ujarnya.
Senior Marketing Manager Study UK South East Asia at British Council Gita Gowinda menjelaskan, beasiswa GREAT Scholarships 2025 terbuka untuk mahasiswa dari berbagai negara, yakni Bangladesh, China, Mesir, Prancis, Ghana, Yunani, India, Indonesia, Italia, Kenya, Malaysia, Meksiko, Nigeria, Pakistan, Spanyol, Thailand, Turkiye, dan Vietnam.
“Untuk mengikuti beasiswa tersebut, calon penerima beasiswa harus telah menyelesaikan pendidikan sarjana,” kata Gita dalam webinar bertema “Kobi X Study UK British Council: Unlocking the GREAT Scholarships 2025”pada Sabtu (22/3/2025).
Berikut adalah cara mengikuti GREAT Scholarships 2025.
Pertama, kunjungi laman GREAT Scholarships 2025 di situs laman British Council Indonesia atau Study UK.
Kedua, temukan negara Anda dan telusuri universitas yang menawarkan beasiswa GREAT.
Ketiga, kunjungi situs universitas untuk mempelajari lebih lanjut tentang cara mendaftar. Calon penerima beasiswa biasanya mendaftar program studi pilihan melalui sistem aplikasi universitas.
Dalam mendaftar beasiswa, calon pendaftar mungkin perlu mengirimkan esai tentang topik yang telah dipelajari sebelumnya dan alasan menganggapnya menarik untuk mendaftar. Esai ini akan menjadi bagian dari kriteria seleksi, selain prestasi akademik dan potensi.
Pelamar yang terpilih akan diminta menghadiri wawancara secara daring dengan komite seleksi universitas. Proses seleksi dan wawancara akan dikelola oleh universitas.
Calon penerima beasiswa bisa mendaftar ke lebih dari satu universitas yang menawarkan beasiswa GREAT Scholarships 2025. Selain itu, tenggat waktu untuk setiap beasiswa GREAT berbeda-beda di setiap universitas.
Oleh karena itu, calon penerima beasiswa harus memeriksa tenggat waktu beasiswa di institusi yang dipilih.
Calon penerima beasiswa yang sedang menempuh pendidikan sarjana di Inggris bisa mendaftar GREAT Scholarships 2025 selama memenuhi persyaratan kelayakan. Adapun batas waktu bagi institusi untuk memilih kandidat Beasiswa GREAT adalah 30 Juni 2025.
Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap, Anda bisa mengunjungi laman https://www.britishcouncil.id/en/study-uk/great-scholarships-indonesia. Selain itu, Anda juga bisa memindai kode di bawah ini.